Saturday, 21 July 2012

W.R Soepratman dan lagu Indonesia Raya


Wage Rudolf Supratman (lahir di Jatinegara, Batavia, 9 Maret 1903 – meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 17 Agustus 1938 pada umur 35 tahun) adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya" dan pahlawan nasional Indonesia.

Ayahnya bernama Senen, sersan di Batalyon VIII. Saudara Soepratman berjumlah enam, laki satu, lainnya perempuan. Salah satunya bernama Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.
Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, kemudian melanjutkannya ke Normaalschool di Makassar sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.

Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Makassar, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu tetap dilakukannya sewaktu sudah tinggal di Jakarta. Dalam pada itu ia mulai tertarik kepada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda.

Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi. Roekijem sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik. Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik.
W.R. Soepratman tidak beristri serta tidak pernah mengangkat anak.



Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.
Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya, pada waktu itu ia berada di Bandung dan pada usia 21 tahun.


Disebuah rumah sederhana di Gang Tengah Salemba, lahirlah lagu Indonesia Raya dari seorang pemuda bernama Wage Rudolf Supratman. Lagu yang direkam oleh Tio Tek Hong ini diperdengarkan pertama kali pada Kongres Pemuda II di Jakarta tahun 1928. Tetapi lagu patriotik ini kemudian dibredel oleh pemerintah Kolonial Belanda. Lirik merdeka lalu diganti dengan mulia supaya agak lunak. Karya W.R Soepratman yang lain adalah sebuah roman yang berjudul Perawan Desa, disita oleh pemerintah Kolonial Belanda. Roman ini berkisah tentang tuan tanah yang menggunakan kekayaannya untuk bersenang-senang dengan gadis-gadis desa yang lugu. Ceritanya dianggap bisa menimbulkan kebencian antar golongan.

Hidup W.R Soepratman memang relatif singkat, namun rentang waktu 34 tahun yang dilaluinya telah menggoreskan namanya sebagai pahlawan. Ia juga dikenal sebagai wartawan dan guru. Ia pernah mengajar di Makasar setelah lulus dari Klein Amtenaar Examen dan sekolah guru Normaal School. Didalam dunia jurnalistik, ia pernah bekerja di Koran Kaoem Moeda, Bandung, lalu menjadi pemimpin redaksi Kaoem Kita dan mendirikan Kantor Berita Alphena bersama P. Harahap, terakhir ia pindah ke Sin Po sebuah Koran Cina Melayu sebagai pembantu lepas.

Nama Rudolf ditengah namanya merupakan pemberian bapak angkatnya, WM van Eldik, suami kakak perempuannya. Namun jiwa patriotiknya tidak luntur dengan statusnya sebagai anak angkat seorang Belanda. Kesadarannya berbangsa makin kuat dengan interaksinya secara intens dalam berbagai rapat pergerakan nasional. Profesinya sebagai wartawan membuat ia dekat dengan tokoh-tokoh politik yang tinggal di gang Kenari. Ketika Agus Salim dalam Fadjar Asia, menyerukan agar para komponis mencipta lagu kebangsaan, ia menyodorkan karyanya, Indonesia Raya. Selain itu ia juga menciptakan sejumlah lagu patrotik seperti R.A Kartini, Bendera Kita, Di Timur Matahari dan Bangunlah Hai Kawan.

Sayang kondisi fisiknya begitu rapuh. Penyakit paru-paru yang dideritanya, memaksanya meninggalkan Batavia menuju Surabaya, pada April 1937. Ia tinggal bersama dengan kakaknya yang telah pindah dari Makasar. Pada tanggal 17 Agustus 1937, tepat delapan tahun sebelum Indonesia merdeka, komponis kebangsaan ini wafat dan dimakamkan di Pwkuburan Kapas Kampung, Kenjeran, Surabaya.



Nama :
Wage Rudolf Soepratman

Lahir :
Dusun Trembalang, desa Somongari, Kaligasing, Purworejo, Jawa Tengah
9 Maret 1903

Wafat :
Surabaya, 17 Agustus 1937

Pendidikan :
Klein Amtenaar Examan dan Normaal School

Profesi :
Wartawan, guru dan komponis lagu.

Karya-karya :
Perawan Desa (Roman),
Indonesia Raya,
R.A Kartini,
Bendera Kita,
Di Timur Matahari,
Bangunlah Hai Kawan



(Dari Berbagai Sumber)

Baca Juga Yang Ini Sob:

Artikel Terkait

Komentar Facebook
0 Komentar Blogger

0 comments: