Berbagai penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari pria yang hampir seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Di antaranya, pada tahun 1977 ia mendapat Hadiah Perdamaian dari International Dag Hammershjoeld. Bahkan Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia pun mengangkatnya menjadi anggota Akademi Hak-Hak Azasi Manusia.
Dari dalam negeri sendiri, tidak kalah banyak penghargaan yang telah diterimanya, di antaranya, penghargaan "Bintang Jasa Utama" yang dianugrahkan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978. Dan sejak 1986 ia juga diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta. Bahkan seorang Penyair Angkatan 45 sebesar Chairil Anwar pun pernah menghadiahkannya sebuah sajak yang khusus untuknya yang berjudul "Kepada Pelukis Affandi".
Untuk mendekatkan dan memperkenalkan karya-karyanya kepada para pecinta seni lukis, Affandi sering mengadakan pameran di berbagai tempat. Di negara India, dia telah mengadakan pameran keliling ke berbagai kota. Demikian juga di berbagai negara di Eropa, Amerika serta Australia. Di Eropa, ia telah mengadakan pameran antara lain di London, Amsterdam, Brussels, Paris, dan Roma. Begitu juga di negara-negara benua Amerika seperti di Brasil, Venezia, San Paulo, dan Amerika Serikat. Hal demikian jugalah yang membuat namanya dikenal di berbagai belahan dunia. Bahkan kurator terkenal asal Magelang, Oei Hong Djien, pernah memburu lukisan Affandi sampai ke Rio de Janeiro.
Semasa hidupnya, ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya lukis. Karya-karyanya yang dipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia selalu memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih gelar Doktor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974 ini dalam mengerjakan lukisannya, lebih sering menumpahkan langsung cairan cat dari tube-nya kemudian menyapu cat itu dengan jari-jarinya, bermain dan mengolah warna untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.
Dalam perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai seorang pelukis yang menganut aliran ekspresionisme atau abstrak. Sehingga seringkali lukisannya sangat sulit dimengerti oleh orang lain terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni lukis jika tanpa penjelasannya. Namun bagi pecinta lukisan hal demikianlah yang menambah daya tariknya.
Kesederhanaan cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung sendiri ketika kritisi Barat menanyakan konsep dan teori lukisannya. Oleh para kritisi Barat, lukisan Affandi dianggap memberikan corak baru aliran ekspresionisme. Tapi ketika itu justru Affandi balik bertanya, Aliran apa itu?.
Bahkan hingga saat tuanya, Affandi membutakan diri dengan teori-teori. Bahkan ia dikenal sebagai pelukis yang tidak suka membaca. Baginya, huruf-huruf yang kecil dan renik dianggapnya momok besar.
Bahkan, dalam keseharian, ia sering mengatakan bahwa dirinya adalah pelukis kerbau, julukan yang diakunya karena dia merasa sebagai pelukis bodoh. Mungkin karena kerbau adalah binatang yang dianggap dungu dan bodoh. Sikap sang maestro yang tidak gemar berteori dan lebih suka bekerja secara nyata ini dibuktikan dengan kesungguhan dirinya menjalankan profesi sebagai pelukis yang tidak cuma musiman pameran. Bahkan terhadap bidang yang dipilihnya, dia tidak overacting.
Misalnya jawaban Affandi setiap kali ditanya kenapa dia melukis. Dengan enteng, dia menjawab, Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan. Bagi Affandi, melukis adalah bekerja. Dia melukis seperti orang lapar. Sampai pada kesan elitis soal sebutan pelukis, dia hanya ingin disebut sebagai tukang gambar.
Lebih jauh ia berdalih bahwa dirinya tidak cukup punya kepribadian besar untuk disebut seniman, dan ia tidak meletakkan kesenian di atas kepentingan keluarga. Kalau anak saya sakit, saya pun akan berhenti melukis, ucapnya.
Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, ia tetap menggeluti profesi sebagai pelukis. Kegiatan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia dimakamkan tidak jauh dari museum yang didirikannya itu.
Baca Juga Yang Ini Sob:
lukis
seni
- Regenerasi Perajin Batik Tulis Indonesia
- Ilusi Lukisan Yang Luar Biasa
- Karya Foto Luar Biasa dari Anak Negeri
- Taufik Ismail Sang Penyair
- Affandi sang maestro seni lukis indonesia
- Sang Penyeru
- Kebodohanku
- Engkau Mati Atau Bangkit!
- Coretan Usang
- Chairil Anwar "Sang Binatang Jalang" Penyair Legendaris Indonesia
- Raden Saleh Pelukis Legendaris Indonesia
- 5 Maestro Seni Rupa Indonesia
indonesia
- Masa Sejarah Megalitikum di Indonesia
- Jowo Style, Parodi Gangnam Style Versi Jawa
- Ungkap Kebenaran Dibalik G 30 September / PKI
- Taukah Anda, Siapa Perancang Lambang Garuda Pancasila?
- Ramalan dan Prediksi Mengerikan Tentang Indonesia
- NOAH bangkit Boyband dan Boyband Meredup?
- Penemuan Empat Spesies Ikan Pelangi Di Papua
- Jejak Kehidupan Purba Di Cekungan Soa
- Penduduk Madagaskar Berasal dari indonesia
- Inilah Kapal Perang Siluman TNI AL Karya Anak Bangsa
- 29 Rekor Indonesia Di Mata Dunia Yang Terlupakan
- 25 Hal Yang Membanggakan Indonesia!
- Setelah Libya , Target AS Selanjutnya Adalah Papua?!
- Foto dan Pesan Mengerikan Larangan Merokok!!!
- 5 Prestasi Indonesia Yang Wajib Kita Banggakan :
- Kamar Rapih Oleh Inovasi Karya Anak Bangsa
- 5 Kuliner Indonesia Yang Terkenal di Luar Negeri
- Waspada! Indonesia Peringkat 3 Perokok Dunia
- Film Asing Yang Membawa Nama Indonesia
- Lukisan Bung Karno katanya berdetak di jantung!
- Jejaring Sosial Indonesia : Ooiya!
- Habibie hidupkan lagi PT DI melalui generasi muda
- Ini Dia Logo Batik Indonesia
- Blog Diakui sebagai Ranah Jurnalistik di Indonesia
- Joserizal Jurnalis Pendiri Mer-C